Kecelakaan Beruntun di Gekbrong, Cianjur: Rem Blong Truk Tangki Oangkat 8 Orang ke RS
Pada Senin, 9 Juni 2025 petang, Jalan Raya Cianjur–Sukabumi, tepatnya di Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, terjadi kecelakaan beruntun yang menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. Peristiwa ini mengundang keprihatinan mendalam dari masyarakat dan menyoroti kembali pentingnya pemeriksaan kendaraan berat di jalur rawan.
1. Kronologi Lengkap Kecelakaan
Menurut penelusuran Kompas.com, kejadian bermula ketika sebuah truk tangki air yang melaju dari arah Sukabumi memasuki jalur menurun tajam di area Jalur Tengkorak Gekbrong dengan rem yang diduga blong (tidak berfungsi).
Saksi mata, seperti Yayat (55), menyatakan truk datang berkecepatan tinggi, menabrak dua motor dan satu mobil di lokasi pertama sebelum terus melaju lebih dari satu kilometer ke area kedua. Di sini, truk juga menabrak tiga kendaraan di arah berlawanan dan akhirnya terjun ke dalam parit sedalam 4–5 meter.
2. Korban: Duka dan Luka-luka
Akibat kecelakaan ini, dua orang tewas—sopir truk dan seorang pengendara sepeda motor. Sementara itu, delapan orang lainnya mengalami luka-luka dan langsung dievakuasi ke RSUD Cianjur dan puskesmas setempat.
Mayoritas korban mengalami luka berat dan membutuhkan perawatan lebih lanjut. Evakuasi yang cepat membuahkan hasil ketepatan penyelamatan nyawa dalam waktu singkat.
3. Proses Evakuasi dan Penyelidikan
Tim gabungan dari Polres Cianjur, Satuan Lalu Lintas, dan warga sekitar menggunakan dua unit derek dan alat berat untuk mengevakuasi truk yang masuk parit. Proses ini berlangsung dengan pengaturan arus lalu lintas agar kendaraan lain tidak tertahan dalam antrean panjang.
Penyelidikan awal difokuskan pada kondisi rem dan kopling truk sebelum kehilangan kendali. Polisi mencurigai rem blong saat menuruni jalur curam, bersama dengan kemungkinan dua titik tabrakan yang sempat terjadi sebelum truk akhirnya berhenti di parit kelokan ke-2.
4. Jalur Tengkorak: Titik Rawan Kecelakaan
Jalur Tengkorak Gekbrong sudah lama dikenal masyarakat sebagai jalur menurun tajam dengan belokan berbahaya. Kombinasi kondisi jalan yang curam, kendaraan berat, serta minimnya safety lane memperbesar risiko kecelakaan saat rem tidak berfungsi.
Ika Cakra Mustika, Kanit Penegakan Hukum Polres Cianjur, menyebut jalur ini memang sangat rawan, terutama untuk kendaraan berat seperti truk tangki yang harus extra hati-hati menuruni turunan.
5. Kesaksian Korban dan Saksi Mata
Yayat, salah satu korban selamat, menggambarkan detik-detik mengerikan saat truk melintas:
“Sebelum masuk ke parit, truk sempat menyerempet kendaraan saya hingga nyaris terguling,” ungkapnya, menekankan kondisi jalan menurun dan truk yang terlihat oleng dan tak terkendali.
Kesaksian ini senada dengan data resmi polisi: tabrakan terjadi di dua titik berbeda, dengan laju truk yang masih tidak terkendali hingga akhirnya terguling ke parit.
6. Dampak Sosial dan Ekonomi
Akibat insiden ini, akses jalan utama Sukabumi–Cianjur terganggu, menyebabkan kemacetan lebih dari satu jam di kedua arah. Ini berdampak luas pada pengendara dan aktivitas ekonomi setempat.
Bagi korban luka, rawat inap dan sekuel sakit menambah beban fisik yang harus dihadapi.
7. Rekomendasi Keselamatan & Kebijakan
Berangkat dari insiden ini, berikut beberapa rekomendasi:
-
Pemeriksaan rem secara lebih ketat pada kendaraan berat, khususnya sebelum memasuki jalur menurun.
-
Penambahan safety lanes atau jalur darurat di lokasi rawan kecelakaan, untuk darurat cegak saat rem gagal.
-
Pemasangan penanda visual dan rambu peringatan bagi truk di awal jalur menurun.
-
Sosialisasi SOP turunan berat, seperti teknik menggunakan gigi rendah dan rem mesin.
Polres Cianjur diharapkan segera mengajukan penambahan fasilitas tersebut kepada Dishub dan Pemkab Cianjur.
8. Perbandingan Data: Cianjur dan Jalur Menurun Berbahaya
Cianjur pernah mengalami beberapa kecelakaan serupa di jalur ini. Data Satlantas menunjukkan bahwa 24 persen kecelakaan fatal di Cianjur melibatkan kendaraan berat di jalur menurun, terutama saat rem tidak optimal.
Komentar ahli keselamatan jalan juga menyebut perlunya engineering jalan tambahan seperti “escape ramp” untuk alasan keamanan.
9. Tanggung Jawab Operator Truk & Pengawasan K3
Perusahaan pengangkut air perlu memastikan kendaraan seperti truk tangki menjalani perawatan rem, kopling, dan bensin secara berkala. Selain itu, pengemudi harus mendapatkan pelatihan khusus menuruni jalur berisiko.
Regulator K3 dan Transpor Indonesia di tingkat nasional sebaiknya melakukan inspeksi acak dan sertifikasi pakar kendaraan berat.
10. Dukungan Moril & Pemulihan Korban
Tugas medis tidak hanya merawat luka fisik, tetapi juga psikologis—karena korban selamat sering mengalami PTSD (trauma stres pasca kejadian). Adanya visiting psikolog maupun komunitas relawan di rumah sakit bisa membantu rehabilitasi.
Bantuan dari pemerintah daerah seperti beasiswa bagi anak korban dan bantuan modal bagi mereka yang kehilangan sumber pendapatan menjadi penting.
11. Apakah Rem Blong Bisa Dicegah?
Secara teknis, rem blong terjadi saat sistem rem gagal membuang panas akibat penggunaan berlebihan. Pencegahan utama:
-
Gunakan engine braking (gigi rendah) saat jalur turunan.
-
Cek rem secara berkala, termasuk kampas, minyak rem, dan sistem hidrolik.
-
Hindari overload: muatan melebihi kapasitas truk akan memicu kegagalan fungsi rem.
12. Tuntutan Hukum Pasca Kecelakaan
Satlantas kini tengah mendalami aspek pidana: apakah truk tidak laik jalan, adanya kelalaian pemilik/operator yang tidak melakukan servis rem. Bisa dikenai pasal kelalaian yang memicu kecelakaan dan korban.
13. Refleksi Masyarakat & Media
Insiden ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah dan masyarakat bahwa keselamatan jalan adalah tanggung jawab bersama. Media diharapkan juga menyajikan liputan edukatif lengkap dengan saran teknis untuk pencegahan.
Kesimpulan
Kecelakaan di Gekbrong Cianjur pada 9 Juni 2025 merupakan peristiwa serius dengan 2 korban tewas dan 8 luka-luka, akibat dugaan rem blong pada truk tangki air. Jalur menurun yang tajam memperparah kecelakaan hingga truk terbanting dan masuk parit sedalam 4–5 meter.
Evakuasi berjalan cepat dengan dukungan alat berat. Namun, insiden membuka kembali isu sistem rem kendaraan berat, desain jalan tanpa jalur darurat, dan kebutuhan pengawasan ketat dari operator serta regulator.
Ke depan, langkah seperti penambahan safety lane, pemeriksaan rem berkala, pelatihan pengemudi, dan budaya keselamatan jalan harus menjadi prioritas. Korban perlu perhatian fisik dan psikologis, serta dukungan konkret dari pemerintah.
Ditulis oleh Tim Redaksi
© 2025 DaunNews - Menyajikan Fakta, Bukan Sekadar Berita
Kunjungi juga: Daungroup Indonesia
0 Komentar