![]() |
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). |
Rupiah Menguat karena Harapan Kesepakatan Tarif AS-Asia
Daun News – Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir. Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa penguatan ini tidak lepas dari meningkatnya harapan atas tercapainya kesepakatan baru antara AS dan sejumlah negara Asia terkait tarif perdagangan.
Menurutnya, mata uang Asia pada umumnya mengalami apresiasi terhadap dolar AS, didorong oleh optimisme bahwa AS akan melakukan negosiasi ulang tarif dengan negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang.
"Rupiah dan mata uang Asia pada umumnya menguat terhadap dolar AS oleh harapan kembali terjadinya kesepakatan baru negara-negara Asia dengan AS," ujar Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Dinamika Tarif AS dan Negara Asia
Melansir laporan Anadolu Agency, Jepang diketahui telah mengusulkan kerja sama dalam bidang pembuatan kapal dengan AS. Usulan tersebut merupakan bagian dari strategi diplomasi ekonomi Negeri Sakura dalam menghadapi tarif ekspor yang diberlakukan oleh AS.
Sebagai informasi, AS mengenakan tarif tinggi terhadap Jepang, yaitu 25 persen untuk ekspor mobil dan 24 persen untuk berbagai barang lainnya. Usulan kerja sama pembuatan kapal diyakini menjadi bagian dari upaya negosiasi agar tarif-tarif tersebut dapat dikurangi atau dihapuskan.
Sementara itu, Korea Selatan juga menghadapi tantangan serupa. Tarif sebesar 25 persen yang dikenakan AS terhadap Negeri Ginseng telah menciptakan situasi yang serius di negara tersebut. Saat ini, tarif tersebut dikurangi sementara menjadi 10 persen selama periode 90 hari yang akan berakhir pada 8 Juli 2025.
Pemerintah Korea Selatan berkomitmen untuk melanjutkan negosiasi secara tertib (in an orderly manner), guna mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak. Langkah ini menjadi bagian dari strategi diplomatik Korsel dalam menjaga hubungan dagang dan stabilitas ekonomi nasional.
Taiwan Pilih Jalan Damai
Taiwan juga menjadi sorotan dalam konteks tarif perdagangan ini. AS mengenakan tarif sebesar 32 persen terhadap berbagai produk Taiwan, namun kemudian dikurangi menjadi 10 persen dalam jangka waktu yang sama yaitu 90 hari. Pemimpin Taiwan, Lai Ching-te, menyatakan bahwa pemerintah Taiwan tidak akan membalas tindakan tersebut.
Sebaliknya, Taiwan akan meningkatkan volume impor dari AS, serta mendorong peningkatan investasi di Negeri Paman Sam. Langkah ini diambil sebagai bentuk diplomasi ekonomi positif yang bertujuan mengurangi defisit perdagangan AS dan menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan.
"Pihaknya takkan membalas dan akan meningkatkan impor dari AS, serta menumbuhkan investasi di Negeri Paman Sam," ujar Lai.
Spekulasi Penguatan Kurs sebagai Syarat
Lukman Leong juga menambahkan bahwa terdapat asumsi di kalangan pelaku pasar bahwa sebagai bagian dari kesepakatan tarif, AS kemungkinan besar meminta negara-negara tersebut untuk memperkuat mata uang mereka.
Tujuannya adalah untuk mengurangi keuntungan yang didapat dari manipulasi kurs (currency manipulation), isu yang selama ini menjadi perhatian utama AS terhadap mitra dagangnya yang memiliki surplus besar.
“Selama ini kan AS suka mencap negara-negara dengan surplus besar terhadap AS sebagai currency manipulator,” jelas Lukman.
Dengan adanya desakan agar negara-negara tersebut menguatkan mata uangnya, maka dampaknya terasa pada kurs mereka masing-masing yang mulai terapresiasi, termasuk rupiah.
Data Kurs Terkini
Pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta, nilai tukar rupiah menguat sebesar 33 poin atau 0,20 persen menjadi Rp16.529 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.562 per dolar AS.
Selain itu, data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia juga menunjukkan tren penguatan. Pada Kamis, kurs JISDOR tercatat menguat ke level Rp16.535 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.568 per dolar AS.
Penguatan ini menjadi sinyal positif bagi perekonomian nasional, terutama di tengah dinamika global yang masih diliputi ketidakpastian akibat ketegangan dagang, suku bunga global, dan konflik geopolitik.
Iklan: Ingin menikmati informasi finansial terkini sambil mendapatkan hiburan digital yang menyenangkan? Kunjungi platform terbaik seperti Dauntogel, Admintoto, dan Redmitoto yang menawarkan pengalaman pengguna aman, inovatif, dan selalu update!
Dampak terhadap Pasar Keuangan Indonesia
Penguatan rupiah biasanya memberikan efek ganda terhadap pasar keuangan nasional. Di satu sisi, investor asing melihat penguatan ini sebagai tanda stabilitas makroekonomi, sehingga meningkatkan minat untuk berinvestasi di instrumen seperti saham dan obligasi.
Namun, di sisi lain, eksportir mungkin akan menghadapi tantangan karena barang-barang ekspor menjadi lebih mahal di pasar global. Oleh karena itu, pemerintah dan Bank Indonesia perlu menjaga keseimbangan nilai tukar agar tetap kompetitif namun stabil.
Kondisi ini juga dapat menurunkan tekanan terhadap inflasi, karena barang-barang impor menjadi lebih murah. Dengan penguatan rupiah, biaya bahan baku dan barang konsumsi dari luar negeri juga akan menurun, sehingga daya beli masyarakat cenderung meningkat.
Reaksi Pasar dan Langkah Strategis
Reaksi pasar terhadap penguatan rupiah terlihat positif, terutama dalam perdagangan saham dan obligasi. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) mencatatkan kenaikan karena sentimen positif dari luar negeri dan keyakinan terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang kuat.
Investor asing juga kembali mencatatkan pembelian bersih (net buy), menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi destinasi menarik di tengah dinamika global. Bank Indonesia diperkirakan akan tetap menjaga suku bunga acuan agar tidak terlalu agresif, guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kesimpulan
Penguatan rupiah terhadap dolar AS saat ini merupakan hasil dari sentimen positif global, khususnya harapan terhadap kesepakatan tarif baru antara AS dan negara-negara Asia. Langkah diplomatik yang dilakukan Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga hubungan dagang yang sehat.
Situasi ini menunjukkan pentingnya stabilitas ekonomi dan kerja sama internasional dalam menghadapi tantangan global. Untuk itu, Indonesia perlu terus memperkuat diplomasi ekonomi dan menjaga fundamental ekonomi agar tetap atraktif bagi investor.
Dengan demikian, penguatan rupiah bukan hanya menjadi simbol kekuatan ekonomi, tetapi juga cerminan dari kepercayaan global terhadap Indonesia.
Kunjungi juga: Daungroup Indonesia
0 Komentar