18 Anggota KKB Papua Tewas, PGI Desak Hentikan Operasi

Aparat bersiaga atas serangan OPM di Kampung Pogapa, Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, pada 10 Mei 2024.
Aparat bersiaga atas serangan OPM di Kampung Pogapa, Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, pada 10 Mei 2024.

Operasi Militer di Papua Tewaskan 18 Anggota KKB

Sebanyak 18 anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tewas dalam operasi penindakan yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah pada Rabu (14/5/2025).

Menurut keterangan resmi dari TNI, operasi ini dilakukan sebagai bagian dari komitmen negara dalam melindungi rakyat Papua dan menjaga keberlangsungan pembangunan infrastruktur serta pelayanan masyarakat di wilayah rawan konflik.


Barang Bukti Diamankan TNI, Wilayah Disterilkan

Operasi gabungan oleh Satuan Tugas (Satgas) Habema TNI berlangsung dari pukul 04.00 hingga 05.00 WIT, menyasar lima lokasi strategis: Kampung Titigi, Ndugusiga, Jaindapa, Sugapa Lama, dan Zanamba.

Selain menewaskan 18 anggota KKB, TNI juga berhasil mengamankan barang bukti berupa:

  • 1 senjata organik AK-47

  • 1 senjata rakitan

  • Puluhan amunisi tajam

  • Busur dan anak panah

  • Bendera Bintang Kejora

  • Perangkat komunikasi

Wilayah Sugapa Lama dan Kampung Bambu Kuning dinyatakan berhasil dibersihkan dari pengaruh kelompok bersenjata yang dipimpin oleh Daniel Aibon Kogoya, Undius Kogoya, dan Josua Waker.


TNI Tegaskan Operasi Bersifat Terukur dan Profesional

Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Kristomei Sianturi, menegaskan bahwa operasi militer dilakukan dengan profesional, terukur, dan mengutamakan keselamatan masyarakat sipil.

"TNI hadir bukan untuk menakut-nakuti rakyat, tetapi untuk melindungi mereka dari kekerasan dan intimidasi KKB," ujar Kristomei.

Ia juga menambahkan bahwa KKB selama ini telah memanipulasi keberadaan TNI dan menjadikan warga sipil sebagai tameng untuk menyebarkan ketakutan.


Suara Warga Lokal: Kami Dijadikan Tameng

Kepala Suku Kampung Sugapa, Melianus Wandegau, menyampaikan bahwa kelompok KKB telah memperalat masyarakat dengan janji palsu.

"Kami dijanjikan kesejahteraan, tetapi justru dijadikan pelindung dari serangan. Kami disesatkan oleh propaganda mereka," ucap Melianus.

Ia mengapresiasi kehadiran TNI yang dianggap berupaya mengembalikan rasa aman dan menghadirkan akses terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan.


PGI Desak Hentikan Kekerasan Militer di Wilayah Sipil

Namun, di sisi lain, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyuarakan keprihatinan atas jatuhnya korban sipil dalam operasi militer di Intan Jaya.

Sekretaris Umum PGI, Darwin Darmawan, menyebutkan bahwa operasi militer yang dilakukan Selasa dini hari di Kampung Sugapalama, Jaintaapa, dan Ndugusiga telah melukai warga sipil, termasuk anak-anak.

Salah satu korban adalah Minus Jegeseni, bocah 7 tahun yang mengalami luka di telinga kanan akibat serpihan peluru. Seorang perempuan dewasa, Junite Zanambani, juga mengalami luka di lengan kanannya karena hal serupa.

"Serangan terhadap wilayah permukiman sipil adalah tindakan yang tidak dapat diterima secara hukum dan moral," ujar Darwin.


Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Darwin Darmawan
Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Darwin Darmawan

PGI Minta Presiden dan TPNPB Segera Hentikan Aksi Bersenjata

PGI secara tegas meminta agar semua pihak, termasuk Presiden, Panglima TNI, Kapolri, dan pimpinan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), segera menghentikan segala bentuk aksi bersenjata di lingkungan tempat tinggal masyarakat sipil.

"Kami ingin operasi militer dihentikan agar warga bisa mendapatkan bantuan kemanusiaan dan layanan medis secara aman," ucap Darwin.

Organisasi gereja ini juga menyerukan agar situasi di wilayah gereja di tiga kampung tersebut segera dipulihkan dan warga yang mengungsi dapat kembali dengan aman.


Ajakan Dialog Damai Demi Papua Tanpa Kekerasan

PGI juga mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk menjembatani dialog damai antara semua pihak yang bertikai, demi menciptakan suasana yang damai dan sejahtera di Papua.

"Penyelesaian persoalan Papua harus dilakukan tanpa kekerasan. Rekonsiliasi adalah jalan utama menuju kedamaian yang bermartabat," tegas Darwin.


Daun News

Posting Komentar

0 Komentar