![]() |
Presiden Prabowo (dok. YouTube DPR) |
Prabowo Subianto di Forum OKI: Bangsa Kuat adalah Kunci Bantu Palestina dan Dunia
Jakarta, 14 Mei 2025 – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan pidato yang menggugah di hadapan delegasi negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dalam forum ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) atau Persatuan Parlemen Negara Anggota OKI. Bertempat di Gedung DPR RI, Jakarta, pidato ini menyoroti pentingnya setiap bangsa membangun kekuatan internal sebagai prasyarat utama untuk berkontribusi pada perdamaian dan keadilan global, khususnya dalam membantu perjuangan rakyat Palestina.
Prabowo menekankan bahwa solidaritas umat Islam tidak akan berarti jika masing-masing negara masih berada dalam kondisi lemah. Dalam suasana yang penuh empati dan semangat persatuan, ia menyatakan bahwa solusi atas berbagai persoalan dunia harus dimulai dari rumah masing-masing. Pidato ini menjadi pernyataan kuat tentang visi Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo sebagai negara yang berdaulat, kuat, dan berperan aktif dalam solidaritas dunia Islam.
Agenda Besar Pemerintah Indonesia: Kekuatan dari Dalam
Presiden Prabowo membuka pidatonya dengan memaparkan agenda-agenda besar Pemerintah Indonesia yang sedang digulirkan untuk memperkuat pondasi bangsa. Menurutnya, pembangunan nasional harus dilandasi oleh kemandirian politik, ekonomi, dan sosial agar Indonesia dapat mengambil peran penting di kancah global.
"Pemerintah Indonesia saat ini berkomitmen menjalankan beberapa agenda besar, mulai dari reformasi politik dan birokrasi, pembangunan sumber daya manusia, swasembada pangan dan energi, hingga penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi," ujar Prabowo.
Agenda-agenda tersebut bukan sekadar slogan, melainkan upaya nyata untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. Prabowo percaya bahwa tanpa kekuatan internal, sebuah bangsa akan terus menjadi objek ketergantungan, bukan subjek yang mampu menentukan nasibnya.
Refleksi Kemandirian: Solusi Dunia Dimulai dari Bangsa Sendiri
Pidato Prabowo kemudian menjurus pada refleksi tentang bagaimana bangsa-bangsa Islam seharusnya berbenah diri terlebih dahulu sebelum berkontribusi secara global. Pesan ini sangat relevan di tengah dinamika geopolitik dunia yang penuh tantangan, termasuk krisis kemanusiaan di Palestina.
"Kami percaya bahwa solusi bagi masalah dunia dimulai dari bangsa kita sendiri. Apakah bangsa kita masing-masing berhasil atasi masalah internalnya sendiri?" ucap Prabowo penuh penekanan.
Ia menambahkan bahwa upaya membantu umat Islam di tempat lain tidak akan efektif jika bangsa itu sendiri masih belum mandiri dan stabil. Menurut Prabowo, solidaritas harus dibangun dari posisi yang kuat, bukan dari ketergantungan.
Persatuan dan Kekuatan: Kunci Dukungan Nyata bagi Palestina
Isu Palestina menjadi sorotan utama dalam forum PUIC ke-19 ini. Prabowo mengingatkan para delegasi bahwa dukungan terhadap Palestina tidak bisa hanya bersifat retorika. Harus ada tindakan nyata yang dibangun dari kekuatan dan persatuan.
"Kalau kita lemah, tidak mungkin kita bisa bantu Palestina. Bahkan suara kita pun tidak akan didengar. Suara kita didengar kalau kita bersatu dan kita kuat," katanya tegas.
Pernyataan ini menggambarkan pemahaman mendalam Prabowo tentang realitas diplomasi internasional, di mana kekuatan ekonomi, politik, dan militer sering kali menjadi prasyarat agar suatu suara didengar dalam forum global. Negara-negara anggota OKI yang kuat akan lebih mampu memperjuangkan keadilan bagi Palestina dan komunitas Muslim tertindas lainnya.
Menjawab Tantangan Dunia Islam dengan Aksi Nyata
Dalam pidatonya, Prabowo juga menyoroti pentingnya OKI sebagai wadah strategis umat Islam dunia untuk bersatu dan menyuarakan kepentingan kolektif. Ia mendorong agar OKI bukan hanya menjadi forum formalitas, tetapi menjadi kekuatan diplomatik yang nyata dalam mempengaruhi arah kebijakan internasional.
"Saat ini dunia Islam menghadapi berbagai tantangan, dari kemiskinan, konflik bersenjata, krisis energi, hingga penjajahan dan pelanggaran HAM. Kita harus berani mengambil sikap tegas dan bertindak konkret," serunya.
Menurut Prabowo, peran parlemen sangat strategis dalam mengawal agenda-agenda tersebut. Kolaborasi antara eksekutif dan legislatif di tiap negara harus diperkuat agar kebijakan luar negeri dan solidaritas umat dapat diwujudkan dalam bentuk yang nyata.
Swasembada Pangan dan Energi: Pilar Kemandirian Bangsa
Salah satu agenda yang sangat ditekankan oleh Prabowo dalam pidatonya adalah pentingnya swasembada pangan dan energi. Dalam konteks global yang saat ini tengah mengalami krisis rantai pasok dan perubahan iklim, ketahanan nasional di bidang pangan dan energi menjadi mutlak.
"Tanpa swasembada pangan dan energi, kita akan terus bergantung pada negara lain, dan dalam kondisi darurat kita tidak bisa menyelamatkan rakyat kita sendiri, apalagi membantu bangsa lain," tegas Prabowo.
Ia juga menyinggung program-program konkret yang sedang digerakkan pemerintah Indonesia, seperti pembangunan food estate, pemanfaatan energi baru terbarukan, dan penguatan industri dalam negeri. Semua itu diarahkan untuk mengurangi ketergantungan dan memperkuat daya tawar Indonesia di mata dunia.
Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai Kunci Masa Depan
Tak kalah penting, Prabowo menekankan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai fondasi masa depan bangsa. Dalam era revolusi industri 4.0 dan transformasi digital global, negara yang tertinggal dalam penguasaan teknologi akan semakin terpinggirkan.
"Negara yang tidak menguasai teknologi akan jadi konsumen selamanya. Kita harus menjadi produsen teknologi, bukan sekadar pengguna," ujarnya.
Ia mengajak negara-negara OKI untuk berinvestasi besar dalam pendidikan, riset, dan inovasi. Menurutnya, kerja sama antarnegara Islam dalam bidang sains dan teknologi dapat membuka jalan bagi lahirnya generasi emas Islam di masa mendatang.
Membangun Bangsa Mandiri: Seruan kepada Generasi Muda Islam
Salah satu bagian paling inspiratif dari pidato Prabowo adalah seruannya kepada generasi muda di dunia Islam. Ia mengajak para pemuda Muslim untuk tidak hanya menjadi penonton dalam arus globalisasi, melainkan menjadi pelaku perubahan yang membawa harapan baru.
"Kita butuh generasi muda Islam yang percaya diri, cerdas, berani, dan punya semangat membangun. Masa depan dunia Islam ada di tangan kalian," kata Prabowo.
Ia mengingatkan bahwa sejarah mencatat bagaimana peradaban Islam pernah menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Maka sudah saatnya kini dunia Islam bangkit kembali dengan semangat baru, dipimpin oleh generasi muda yang tercerahkan.
Kesimpulan: Bangkitnya Dunia Islam Dimulai dari Diri Sendiri
Pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi PUIC ke-19 bukan hanya sekadar paparan kebijakan, tetapi lebih dari itu, merupakan seruan kebangkitan bagi dunia Islam. Ia menawarkan paradigma bahwa kekuatan dan persatuan umat hanya bisa dicapai jika masing-masing bangsa membangun dirinya terlebih dahulu.
Kemandirian politik, ekonomi, dan teknologi bukan sekadar tujuan, tetapi alat untuk menciptakan peradaban yang adil, damai, dan sejahtera. Solidaritas terhadap Palestina dan umat Muslim tertindas lainnya bukanlah mimpi kosong, melainkan cita-cita mulia yang harus diperjuangkan dengan kekuatan nyata.
Prabowo menyampaikan dengan tegas bahwa bangsa yang kuat adalah bangsa yang bisa memberikan pertolongan. Maka, ajakan untuk menjadi kuat bukanlah ajakan egoistik, melainkan ajakan untuk bersiap menjadi penolong sesama.
"Kalau kita tidak bisa mengurus bangsa sendiri, bagaimana kita mau bantu umat yang sedang dalam kesusahan?" — pernyataan ini menjadi penutup yang menggugah dan layak direnungkan oleh seluruh peserta konferensi dan bangsa-bangsa di dunia Islam.
Kunjungi juga: Daungroup Indonesia
0 Komentar