Ribuan Pecalang Bali Dukung Sipandu Beradat dan TNI-Polri, Tolak Ormas Preman Berkedok Pengamanan
Daun News – Ribuan pecalang, penjaga adat tradisional Bali, menyatakan sikap tegas mendukung program Sipandu Beradat dan aparat keamanan TNI-Polri. Pernyataan ini sekaligus menjadi penegasan terhadap penolakan ormas-ormas yang mengaku sebagai kelompok pengamanan namun berperilaku seperti preman dan meresahkan masyarakat.
Aksi pernyataan dukungan ini berlangsung di beberapa titik di Bali, dan melibatkan tokoh adat, bendesa adat, serta elemen masyarakat yang peduli akan ketertiban dan keamanan Bali. Dalam pernyataan bersama itu, mereka menegaskan bahwa Bali adalah tanah adat yang menjunjung tinggi nilai-nilai harmoni dan kedamaian. Segala bentuk kekerasan yang dibungkus dengan label pengamanan dianggap sebagai ancaman terhadap tatanan adat dan hukum negara.
Siapa Itu Pecalang?
Pecalang adalah aparat keamanan tradisional Bali yang ditugaskan untuk menjaga ketertiban adat dan upacara keagamaan. Mereka bukan polisi, tapi peran mereka sangat penting dalam struktur desa adat di Bali. Selama ini, pecalang dikenal sebagai sosok penjaga ketenangan, berwibawa, dan bersikap netral dalam urusan politik maupun kepentingan individu.
Dalam beberapa dekade terakhir, pecalang tetap eksis dan diakui secara hukum dan sosial. Mereka bekerja sama dengan aparat kepolisian dan militer dalam menjaga keamanan berbagai acara keagamaan dan budaya. Mereka tidak hanya menjaga prosesi upacara, tetapi juga ikut serta dalam menjaga perbatasan wilayah adat.
Apa Itu Sipandu Beradat?
Sipandu Beradat adalah singkatan dari Sistem Pengamanan Lingkungan Terpadu Berbasis Desa Adat. Program ini digagas sebagai bentuk sinergi antara desa adat, aparat keamanan negara (TNI-Polri), serta komponen masyarakat lainnya dalam menjaga ketertiban dan keamanan wilayah Bali.
Program ini dinilai efektif karena mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan struktur sosial budaya Bali dalam pendekatan keamanan. Dengan begitu, langkah-langkah pengamanan tidak hanya berdasarkan hukum negara, tapi juga memperhatikan norma adat setempat.
Bentuk Dukungan Pecalang
Dukungan pecalang terhadap Sipandu Beradat dan TNI-Polri disampaikan secara terbuka dalam bentuk deklarasi, pemasangan spanduk di wilayah adat, serta pernyataan resmi dari para bendesa adat. Beberapa poin penting dalam deklarasi mereka meliputi:
-
Menolak keras kehadiran organisasi masyarakat yang berkedok pengamanan namun berperilaku preman.
-
Mendukung penuh aparat TNI-Polri dalam menegakkan hukum dan menjaga ketertiban.
-
Memperkuat sistem Sipandu Beradat sebagai pilar keamanan berbasis adat.
-
Menyerukan masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah Bali.
Tokoh adat seperti Jro Bendesa Alit Putra menyampaikan bahwa kehadiran ormas-ormas liar yang mengaku pengamanan tetapi beraksi seperti preman, telah meresahkan banyak pihak. “Kami tidak ingin Bali menjadi medan kekacauan. Kita punya sistem adat, punya pecalang, dan punya negara,” ujarnya dengan tegas.
Ormas Berkedok Pengamanan: Ancaman Nyata
Fenomena organisasi masyarakat yang berkedok pengamanan namun bertindak preman makin marak belakangan ini. Mereka seringkali melakukan pungutan liar, intimidasi terhadap pelaku usaha lokal, bahkan bentrok dengan warga. Tak sedikit pula yang melibatkan diri dalam konflik lahan atau proyek, mengatasnamakan ‘pengamanan’ sebagai kedok untuk kepentingan ekonomi.
Di Bali, pola seperti ini jelas bertentangan dengan prinsip Tri Hita Karana yang menjadi dasar kehidupan masyarakat adat. Premanisme dalam bentuk apa pun dianggap sebagai ancaman terhadap keharmonisan, dan harus ditindak secara tegas.
Aparat kepolisian Bali sendiri sudah beberapa kali melakukan tindakan tegas terhadap kelompok seperti ini, termasuk pembubaran paksa dan penangkapan. Namun dukungan dari masyarakat adat, seperti para pecalang ini, menjadi kunci penting dalam menjaga keberlanjutan penegakan hukum.
Sinergi Pecalang dan Aparat Negara
Salah satu kekuatan utama Bali dalam menjaga ketertiban adalah sinergi antara sistem adat dan sistem negara. Pecalang yang bertugas menjaga upacara adat bisa langsung berkoordinasi dengan aparat kepolisian bila terjadi gangguan.
Kombinasi ini telah terbukti ampuh menjaga keamanan ribuan upacara adat yang digelar setiap tahun di seluruh pelosok Bali. Ketika nilai adat dan hukum negara berjalan beriringan, tidak ada ruang bagi ormas liar untuk merusak tatanan yang sudah berjalan ratusan tahun.
Kapolda Bali, Irjen Pol Ida Bagus Putu Sugawa, menyampaikan apresiasinya atas dukungan pecalang. "Bali punya kekuatan lokal yang luar biasa. Kita bangga atas sinergi ini. Keamanan Bali adalah tanggung jawab bersama," ungkapnya dalam acara pertemuan dengan perwakilan desa adat.
Penguatan Sipandu Beradat ke Depan
Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Bali telah menyusun rencana penguatan sistem Sipandu Beradat melalui digitalisasi laporan keamanan, pelatihan pecalang, serta integrasi data antara desa adat dan institusi negara.
Langkah ini dinilai perlu agar desa adat tidak menjadi sasaran empuk infiltrasi ormas liar. Dengan penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas SDM, pecalang akan semakin mampu menjalankan tugasnya sebagai benteng adat yang profesional dan modern.
Sikap Masyarakat Bali
Reaksi masyarakat terhadap aksi dukungan pecalang ini sangat positif. Banyak yang merasa lebih aman dan nyaman mengetahui bahwa pengamanan lingkungan dikembalikan pada nilai-nilai adat yang tulus dan terbebas dari kepentingan pribadi.
Ni Ketut Sri, warga Desa Adat Penglipuran, menyampaikan bahwa kehadiran pecalang adalah cerminan kedamaian. “Kami merasa tenang jika yang berjaga itu pecalang, bukan orang asing yang berseragam tapi berperilaku kasar,” katanya.
Catatan Penting: Menjaga Bali dari Dalam
Bali adalah simbol perdamaian dan spiritualitas. Jika Bali sampai dikotori oleh praktik-praktik premanisme berkedok ormas, maka bukan hanya ketertiban yang terganggu, tetapi juga citra Bali di mata dunia.
Dukungan pecalang terhadap aparat negara dan sistem Sipandu Beradat adalah langkah nyata dalam menjaga akar budaya Bali. Ini bukan sekadar soal keamanan fisik, tapi juga soal identitas dan harga diri masyarakat adat.
Penutup: Bali untuk Semua, Premanisme Bukan Budaya Kita
Langkah tegas pecalang dalam menyuarakan dukungan terhadap Sipandu Beradat dan menolak kehadiran ormas premanisme adalah alarm moral bagi seluruh masyarakat Indonesia. Keamanan tidak boleh dijadikan lahan bisnis oleh kelompok-kelompok berkepentingan. Budaya pengamanan harus berdasarkan nilai luhur, bukan kekuatan senjata atau intimidasi.
Bali yang dikenal sebagai Pulau Dewata, harus tetap menjadi tempat damai bagi semua. Dengan sinergi antara adat dan negara, serta peran aktif pecalang, cita-cita itu bukan hanya bisa diraih, tapi juga diwariskan kepada generasi mendatang.
Kunjungi juga: Daungroup Indonesia
0 Komentar