Mantan Marinir TNI Gabung Militer Rusia, Ikut Perang Ukraina

Serda Satria Arta Kumbara adalah seorang mantan personel TNI yang kini telah menjadi pasukan militer Rusia. Bahkan ia ikut serta dalam perang melawan Ukraina.
Serda Satria Arta Kumbara adalah seorang mantan personel TNI yang kini telah menjadi pasukan militer Rusia. Bahkan ia ikut serta dalam perang melawan Ukraina.

Mantan Marinir TNI Gabung Militer Rusia, Ikut Perang Ukraina: Kisah Serda Satria Arta Kumbara yang Kontroversial

Perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung sejak 2022 menyisakan banyak cerita mengejutkan dari berbagai penjuru dunia. Salah satu kisah paling kontroversial baru-baru ini datang dari Indonesia, tepatnya dari seorang mantan anggota TNI Angkatan Laut bernama Serda Satria Arta Kumbara. Nama ini mencuat ke permukaan setelah beredar video dan unggahan di media sosial yang menunjukkan bahwa dirinya kini menjadi bagian dari Russian Special Military Operations, atau pasukan operasi militer khusus Rusia.

Tak hanya menjadi perbincangan hangat di media sosial, keputusan Satria untuk bergabung dengan militer asing memicu gelombang reaksi, baik dari masyarakat maupun institusi pertahanan nasional. Artikel ini akan mengupas tuntas siapa sebenarnya Satria Arta Kumbara, bagaimana rekam jejaknya sebagai anggota TNI, hingga keputusannya yang berani dan penuh risiko untuk bergabung dengan militer Rusia di tengah konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.


Siapa Sebenarnya Serda Satria Arta Kumbara?

Serda (Sersan Dua) Satria Arta Kumbara sebelumnya adalah seorang prajurit aktif di Inspektorat Korps Marinir (Itkormar) yang berlokasi di Cilandak, Jakarta Selatan. Selama bertugas, ia menjadi bagian dari Korps Marinir, satuan tempur elit di bawah naungan TNI Angkatan Laut yang dikenal dengan kemampuan tempur darat, laut, dan amfibi.

Namun karier militernya mulai memasuki babak kelam ketika ia menghilang tanpa kabar selama lebih dari 30 hari berturut-turut—sebuah tindakan yang dalam aturan militer disebut sebagai desersi. Karena tidak kembali ke kesatuan dan tidak mengikuti proses hukum militer, Satria pun dijatuhi vonis secara in absentia atau tanpa kehadiran terdakwa.


Proses Hukum: Vonis Desersi dan Pemecatan dari TNI AL

Proses persidangan terhadap Serda Satria Arta Kumbara dimulai sejak Februari 2022 dan mencapai puncaknya pada 6 April 2023, di bawah pimpinan Hakim Ketua Muhammad Idris di Pengadilan Militer II-08 Jakarta. Dalam persidangan tersebut, Satria divonis satu tahun penjara serta pemecatan dari dinas militer aktif TNI Angkatan Laut.

Berdasarkan putusan No. 56-K/PM.II-08/AL/IV/2023, putusan tersebut berkekuatan hukum tetap pada 17 April 2023. Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama I Made Wira Hady Arsanta Wardhana, mengonfirmasi bahwa Satria resmi berstatus desersi sejak 13 Juni 2022.

Oditur Militer I Made Adnyana, S.H., selaku penuntut umum militer dalam kasus tersebut menyatakan bahwa langkah hukum sudah dijalankan sesuai ketentuan. Namun, hingga saat itu, keberadaan Satria tidak diketahui secara pasti.


Muncul sebagai Tentara Bayaran di Rusia

Publik Indonesia dikejutkan ketika akun TikTok bernama @zstrom689 mengunggah video seorang pria mengenakan seragam militer Rusia. Dalam video tersebut, pria yang diyakini adalah Satria Arta Kumbara berpose bersama beberapa tentara Rusia lain di sebuah lokasi yang diduga kuat adalah medan perang di Ukraina.

Dalam narasi video tersebut, pria tersebut mengklaim,

“Iya memang dulu Marinir, sekarang bertempur bersama Rusia di Ukraina.”

Sontak, pernyataan tersebut memantik diskusi luas. Sebelumnya, akun yang sama juga mengunggah foto lama dirinya mengenakan seragam PDH (Pakaian Dinas Harian) Marinir TNI AL lengkap dengan baret ungu, tampak berpose di depan gedung Kodikmar (Komando Pendidikan Marinir).


Pasukan Khusus Rusia dan Tentara Bayaran

Rusia telah lama dikenal menggunakan tentara bayaran atau kontraktor militer swasta dalam operasi militer mereka. Salah satu kelompok paling terkenal adalah Wagner Group, yang pernah dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin. Wagner terlibat dalam banyak konflik global, termasuk di Suriah, Afrika Tengah, dan tentu saja Ukraina.

Namun, Wagner kini tengah menghadapi krisis setelah upaya pemberontakan terhadap Kremlin oleh Prigozhin. Pemimpin kontroversial itu tewas dalam kecelakaan pesawat misterius, yang hingga kini masih menyisakan berbagai spekulasi.

Dengan latar belakang tersebut, munculnya seorang mantan Marinir TNI dalam barisan Russian Special Military Operations menjadi semakin menghebohkan.


Apakah Tindakan Satria Melanggar Hukum?

Dari sudut pandang hukum nasional, tindakan bergabung dengan militer asing tanpa persetujuan negara asal bisa dianggap tindakan ilegal dan membahayakan kedaulatan negara. Menurut UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, setiap prajurit aktif atau yang telah diberhentikan secara tidak hormat tetap terikat dalam tanggung jawab moral terhadap negara.

Di sisi lain, secara internasional, penggunaan tentara bayaran telah dikritik keras. Konvensi Jenewa dan Konvensi PBB tentang Tentara Bayaran menganggap keikutsertaan individu dalam konflik bersenjata tanpa keterikatan langsung pada negara sebagai tindakan berisiko tinggi.


Apa Motivasi Satria?

Belum ada pernyataan resmi dari Satria terkait motivasinya. Namun banyak spekulasi menyebutkan kemungkinan adanya dorongan ekonomi, ideologi, atau bahkan hasrat pribadi untuk mencari “makna hidup” dalam peperangan.

Dalam beberapa wawancara dengan mantan tentara bayaran internasional, motivasi umum yang sering muncul adalah:

  • Gaji tinggi dari kontraktor militer asing

  • Ketertarikan terhadap strategi perang dan pengalaman tempur

  • Ketidakpuasan terhadap institusi militer asal


Respons Publik dan Pemerintah

Publik Indonesia terbagi dalam menyikapi kabar ini. Ada yang mengecam tindakan Satria sebagai pengkhianatan terhadap negara, namun ada pula yang menyatakan rasa kagum terhadap keberaniannya menghadapi medan perang yang nyata.

Sementara itu, pihak TNI maupun Kementerian Pertahanan belum mengeluarkan pernyataan resmi terbaru. Namun banyak pihak meminta investigasi lebih lanjut serta peningkatan pengawasan terhadap mantan anggota militer agar tidak terseret dalam konflik asing.


Dampak Jangka Panjang bagi Indonesia

Kasus ini menjadi peringatan bahwa perlu adanya:

  1. Pemantauan lebih ketat terhadap mantan prajurit TNI.

  2. Revisi kebijakan terkait keterlibatan WNI dalam konflik luar negeri.

  3. Peran aktif diplomasi Indonesia untuk menjaga netralitas di kancah global.


Kesimpulan

Kisah Serda Satria Arta Kumbara bukan hanya tentang seorang individu yang memilih jalur ekstrem setelah keluar dari TNI, tetapi juga menyentuh isu yang lebih luas: loyalitas, nasionalisme, dan dampak globalisasi terhadap militer nasional.

Dengan konflik Rusia-Ukraina yang masih memanas, keterlibatan seorang WNI—apalagi mantan prajurit—di pihak Rusia, menjadi isu sensitif yang perlu direspons dengan bijak oleh pemerintah Indonesia. Langkah-langkah antisipatif dan edukasi terhadap anggota militer aktif serta purnawirawan perlu diperkuat demi menjaga nama baik bangsa dan keamanan nasional.


Penutup:

Apapun motif di balik keputusannya, perjalanan hidup Serda Satria Arta Kumbara kini menjadi sorotan internasional. Ia telah menempuh jalan yang berbeda dan kontroversial, dari seorang marinir Indonesia menjadi pasukan Rusia di medan perang. Cerita ini mengingatkan kita bahwa batas antara patriotisme dan pilihan pribadi bisa sangat tipis dalam dunia yang semakin kompleks.

Posting Komentar

0 Komentar