Kerusuhan Lapas Narkotika Muara Beliti Gegerkan Sumsel, Ustad Abdul Somad Jadi Saksi Mata

Kerusuhan Lapas Narkotika Muara Beliti Gegerkan Sumsel, Ustad Abdul Somad Jadi Saksi Mata
Kerusuhan Lapas Narkotika Muara Beliti Gegerkan Sumsel, Ustad Abdul Somad Jadi Saksi Mata

 Kerusuhan Lapas Narkotika Muara Beliti Gegerkan Sumsel, Ustad Abdul Somad Jadi Saksi Mata

Muara Beliti, Sumatera Selatan — Sebuah insiden kerusuhan terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, pada Rabu malam, 7 Mei 2025. Kerusuhan ini sontak menarik perhatian publik setelah sebuah video beredar luas di media sosial yang memperlihatkan ketegangan antara warga binaan dan petugas lapas. Yang lebih mengejutkan, pendakwah kondang Ustad Abdul Somad turut menjadi saksi mata dalam insiden tersebut karena tengah berada di dalam lapas saat kerusuhan pecah.

Kerusuhan ini dipicu oleh razia ponsel yang dilakukan oleh pihak lapas, terutama di blok Bangau, yang diketahui masih menyimpan sejumlah alat komunikasi ilegal. Razia tersebut dilaporkan memicu ketegangan karena beberapa warga binaan merasa tidak terima dan menolak penggeledahan.

Awal Mula Kerusuhan: Razia Ponsel yang Menyulut Emosi

Kerusuhan di dalam lapas sejatinya bukan hal baru, tetapi insiden di Muara Beliti ini menjadi luar biasa karena keterlibatan seorang figur publik sebagai saksi. Pihak Lapas Narkotika Muara Beliti memang sudah lama berupaya menertibkan penggunaan ponsel oleh warga binaan. Namun, malam itu, razia dianggap terlalu mendadak dan agresif, sehingga memicu protes dari warga binaan.

Menurut informasi yang diterima, petugas melakukan inspeksi mendadak di Blok Bangau, salah satu blok yang diketahui paling rawan pelanggaran tata tertib. Dalam razia tersebut, beberapa ponsel ditemukan dan langsung disita. Warga binaan yang merasa tidak terlibat ikut merasa terintimidasi karena pendekatan razia yang dinilai terlalu keras.

“Saya lihat mereka tidak terima. Suasana memang agak panas,” ujar seorang pegawai lapas yang enggan disebut namanya.

Kronologi Kerusuhan: Ketegangan yang Berujung Kekacauan

Kerusuhan mulai terjadi sekitar pukul 20.00 WIB, saat sejumlah warga binaan mulai meneriakkan yel-yel protes kepada petugas. Beberapa bahkan dikabarkan melemparkan benda-benda ke arah petugas, memicu tindakan pengamanan ketat. Api sempat terlihat menyala di bagian luar blok, diduga berasal dari pembakaran barang-barang milik warga binaan.

Petugas keamanan lapas langsung meminta bantuan dari pihak kepolisian untuk mengendalikan situasi. Puluhan aparat dari Polres Musi Rawas dikerahkan ke lokasi, lengkap dengan perlengkapan anti huru-hara. Proses negosiasi dan penanganan berlangsung selama lebih dari dua jam hingga situasi akhirnya bisa dikendalikan sekitar pukul 22.30 WIB.

Ustad Abdul Somad Jadi Saksi Mata: “Saya Ada di Dalam”

Yang mengejutkan dari kerusuhan ini adalah kesaksian langsung dari Ustad Abdul Somad, seorang dai kondang yang tengah berada di dalam lapas saat kerusuhan terjadi. Beliau hadir dalam rangka mengisi ceramah keagamaan bagi warga binaan sebagai bagian dari program pembinaan rohani yang rutin diadakan pihak lapas.

“Memang benar terjadi aksi protes warga binaan terhadap petugas lapas. Saya sempat di dalam, namun tidak mendapatkan perlakuan kasar,” ujar Ustad Abdul Somad dalam wawancara singkat dengan media setempat.

Ia juga menambahkan bahwa suasana mulai memanas saat ceramah hampir selesai. Ia kemudian dievakuasi oleh petugas keamanan lapas melalui jalur khusus untuk menghindari kerusuhan yang meluas.

“Alhamdulillah, saya berhasil keluar dengan aman. Semua itu adalah kehendak Allah. Semoga kejadian ini bisa diambil sebagai pelajaran oleh semua pihak,” ucapnya.

Respons Keluarga Warga Binaan: Panik dan Cemas

Di luar pagar lapas, kerusuhan tersebut juga membuat keluarga warga binaan panik. Beberapa orang tua dan kerabat yang mengetahui kabar dari media sosial langsung datang ke lapas untuk mencari tahu kondisi anggota keluarganya. Mereka berdesakan di pintu gerbang dan memohon informasi dari petugas.

“Saya dengar dari TikTok, katanya rusuh. Saya khawatir dengan anak saya. Sudah dua tahun di sini,” ujar seorang ibu sambil menangis di depan gerbang lapas.

Pihak lapas sempat kewalahan menghadapi desakan keluarga dan akhirnya memberikan keterangan resmi bahwa situasi sudah terkendali, serta tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Pihak Lapas dan Kemenkumham Angkat Bicara

Kepala Lapas Narkotika Muara Beliti, Hendra Siregar, memberikan pernyataan resmi bahwa kerusuhan dipicu oleh kesalahpahaman warga binaan terhadap kegiatan razia. Ia juga menegaskan bahwa semua tindakan dilakukan sesuai dengan prosedur standar operasional.

“Kami tidak pernah melakukan kekerasan dalam razia. Semua dilakukan secara persuasif. Tapi memang kadang suasana menjadi emosional. Kami sudah berupaya maksimal,” ujarnya.

Sementara itu, Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Selatan juga turun tangan untuk menelusuri insiden tersebut. Mereka menyatakan akan melakukan evaluasi terhadap metode razia dan pengawasan komunikasi di dalam lapas.

“Kami akan telusuri dan bentuk tim khusus. Kerusuhan seperti ini harus dicegah agar tidak terulang,” ujar Kadiv Pemasyarakatan Kemenkumham Sumsel, Dodi Iskandar.

Apa Sebenarnya Masalah Ponsel di Dalam Lapas?

Ponsel adalah salah satu barang yang paling dilarang di dalam lapas, namun juga yang paling sering ditemukan. Fungsi ponsel yang bisa digunakan untuk berkomunikasi bebas, bahkan melakukan tindak pidana dari balik jeruji, membuatnya menjadi perhatian serius aparat.

Namun, keterbatasan sumber daya dan pengawasan membuat kontrol terhadap barang-barang terlarang ini menjadi tantangan. Banyak yang menyelundupkannya melalui kunjungan keluarga, petugas yang tidak jujur, atau celah-celah keamanan lainnya.

“Ponsel adalah sumber masalah utama. Dari sana bisa terjadi penipuan, pemerasan, dan lainnya. Ini yang selalu kami upayakan untuk diberantas,” ujar Kepala Kanwil Kemenkumham Sumsel.

Reaksi Masyarakat dan Media Sosial: Viral dan Ramai Perdebatan

Video-video kerusuhan di Muara Beliti langsung viral di media sosial, khususnya TikTok dan Twitter. Banyak warganet yang mengekspresikan keprihatinan mereka, sementara tak sedikit pula yang mempertanyakan kinerja pengawasan petugas.

Nama Ustad Abdul Somad bahkan sempat trending karena keterlibatannya sebagai saksi dalam insiden tersebut. Para pengikutnya menyatakan rasa syukur karena beliau selamat dari kerusuhan.

“Alhamdulillah UAS selamat. Ini pasti pertolongan Allah,” tulis salah satu pengguna Instagram.

Namun, ada pula yang menyoroti lemahnya pengawasan lapas karena ponsel masih bisa masuk ke blok-blok tertentu. Masyarakat menuntut transparansi dan reformasi sistem pemasyarakatan agar kejadian serupa tidak terulang.

Langkah Evaluasi dan Solusi Ke Depan

Pihak Kemenkumham kini diminta segera mengambil langkah konkret untuk meningkatkan pengawasan di Lapas Narkotika Muara Beliti dan seluruh lembaga pemasyarakatan di Indonesia. Evaluasi SOP razia, peningkatan kualitas SDM, serta penerapan teknologi pengawasan menjadi sorotan utama.

“Jangan hanya reaktif saat ada kejadian. Harus ada sistem yang terintegrasi agar ponsel tidak bisa masuk dan kerusuhan bisa dicegah,” ujar aktivis pemasyarakatan dari LSM Peduli Narapidana.

Diharapkan insiden ini menjadi momentum pembenahan sistem pemasyarakatan nasional.

📌 Baca juga: Solulsi Mengatasi Susah Login Ke Semua Situs Daungroup


Penutup:

Kerusuhan di Lapas Narkotika Muara Beliti menjadi pengingat bahwa persoalan dalam lembaga pemasyarakatan masih kompleks dan butuh penanganan menyeluruh. Keterlibatan figur publik seperti Ustad Abdul Somad sebagai saksi mata memberi dimensi baru pada peristiwa ini, sekaligus mendorong atensi publik yang lebih luas terhadap kondisi lapas di Indonesia.

Semoga peristiwa ini menjadi pelajaran dan pendorong reformasi dalam sistem pemasyarakatan, demi menciptakan lingkungan yang lebih aman, manusiawi, dan berkeadilan.

Posting Komentar

0 Komentar