![]() |
Riset LPEM UI: 7 Juta Penganggur, Ekonomi RI Melambat. Dok. DaunNews |
Riset LPEM UI: Ekonomi Lambat, 7 Juta Orang Kehilangan Pekerjaan
Oleh: Tim Redaksi Daun News
Jakarta, 15 Juni 2025 – Dalam laporan terbaru Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB Universitas Indonesia (UI), ditemukan bahwa perekonomian Indonesia mengalami perlambatan sejak awal 2025, menghasilkan dampak serius seperti penyusutan kelas menengah dan penurunan daya beli masyarakat. Laporan ini juga turut menyoroti situasi ketenagakerjaan yang kian memprihatinkan—hampir 7 juta orang menganggur.
1. Perlambatan Ekonomi dan Lesunya Sektor Manufaktur
LPEM UI menyatakan bahwa sektor industri manufaktur—tulang punggung perekonomian nasional—mengalami deindustrialisasi prematur, dengan kontribusi terhadap PDB menurun, tenaga kerja menyusut, dan produktivitas stagnan. Hal ini berdampak langsung pada penyerapan lapangan kerja yang menyusut.
Ekonomi pada Triwulan I 2024 hanya tumbuh sekitar 4,99–5,01%, tertopang oleh faktor musiman seperti libur panjang dan proyek infrastruktur, bukan pertumbuhan fundamental dari industri. Kondisi ini diperparah oleh sektor pertanian yang masih menghadapi tantangan klasik seperti akses input, logistik, teknologi, dan imbas produk impor.
2. Bursa Kerja Lemah: Ribuan Orang Didalam Pasif
Data BPS Februari 2025 menunjukkan:
-
Dari 216,8 juta penduduk usia kerja, 153 juta tergolong angkatan kerja
-
Dari jumlah itu, sekitar 145,8 juta bekerja (95,2%), namun, 49,3 juta (33,8%) bukan pekerja penuh
-
Lebih dari 96,4 juta (66,2%) pekerja penuh mengalami dirumahkan atau bekerja bergiliran dalam seminggu terakhir
Lebih dari 63 juta orang angkatan kerja memilih keluar dari bursa, menyatakan kondisi pasar tidak menarik atau gaji tidak memadai. Hal ini memperlihatkan bahwa kesempatan kerja yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah pencari kerja.
3. 7,28 Juta Pengangguran: Indonesia Juara Kedua di Asia Tenggara
Kalangan IMF menyebut Indonesia menempati posisi kedua tertinggi tingkat pengangguran di Asia setelah China, dengan 7,28 juta orang per Februari 2025. Di kawasan ASEAN, hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pengangguran tertinggi.
IMF memperkirakan tingkat pengangguran akan naik dari 4,9% di 2024 menjadi 5,0% di 2025, dan mencapai 5,1% di 2026. Pada saat yang sama, Sakernas (Februari 2025) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,76%, turun tipis 0,06 poin dari tahun sebelumnya .
4. Dampak di Segmen Usia Muda & Pendidikan
-
Generasi Z (19–24 tahun) menjadi kelompok paling rentan; menyumbang hingga 70% pengangguran pada Agustus 2024 .
-
Lulusan SMK menduduki posisi tertinggi dalam daftar pengangguran, diikuti oleh lulusan SMA, diploma, dan sarjana kondisi ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian jurusan dengan kebutuhan industri.
5. Akar Masalah: Dari Struktur Ekonomi hingga Keterampilan
a) Deindustrialisasi Prematur
Manufaktur mengalami stagnasi dan kehilangan momentum, mengakibatkan produktivitas rendah dan hilangnya lapangan kerja.
b) Sekat Kelas Menengah & Daya Beli Menurun
Penyusutan kelas menengah mengurangi konsumsi domestik, sementara inflasi pangan tetap tinggi dan upah riil tumbuh lambat.
![]() |
Akar Masalah: Dari Struktur Ekonomi hingga Keterampilan |
c) Ketimpangan dalam Penyerapan Tenaga Kerja
Kebijakan tidak terarah pada tenaga kerja berpendidikan rendah–menengah, padahal mereka mendominasi sektor penyerap tenaga kerja seperti pertanian, perdagangan, pengolahan, dan konstruksi.
d) Trennya Angkatan Kerja
Pertumbuhan angkatan kerja cepat (~3,6 juta per tahun), namun penyerapan lapangan kerja tidak seimbang: hanya bertambah sekitar 980 ribu pekerjaan di sektor perdagangan, 890 ribu di pertanian, dan 720 ribu di industri pengolahan.
6. Implikasi Sosial & Ekonomi
-
Peningkatan kemiskinan berpotensi akibat lesunya daya beli dan penurunan pendapatan.
-
Pertumbuhan ekonomi akan sulit berlanjut jika tidak ada peningkatan produktivitas.
-
Perubahan struktur sosial, terutama pada generasi muda dan lulusan SMK yang kesulitan mengakses pekerjaan layak.
7. Rekomendasi dari LPEM UI dan IMF
LPEM UI merekomendasikan:
-
Fokus pada sektor yang menyerap tenaga kerja berpendidikan rendah, seperti manufaktur, pertanian, perdagangan, dan konstruksi;
-
Hilirisasi SDA dan program makan bergizi gratis untuk menciptakan kesempatan kerja inklusif;
-
Reskilling dan pelatihan agar lulusan SMK dan SMA memiliki keterampilan selaras industri;
-
Peningkatan daya saing industri manufaktur dan pengolahan lewat investasi dan teknologi.
IMF menyoroti kebutuhan reformasi kebijakan ketenagakerjaan: mempermudah penciptaan lapangan kerja, memperluas jaminan sosial, serta mendukung ekonomi digital dan wirausaha muda.
8. Solusi Praktis bagi Pemerintah dan Pelaku Usaha
-
Kolaborasi SMK–industri: kurikulum sinkron dengan kebutuhan dunia kerja.
-
Dukungan UMKM melalui akses pembiayaan dan pasar digital.
-
Subsidi dialihkan ke pelatihan vokasi, bukan hanya tunjangan langsung.
-
Digitalisasi sektor informal meningkatkan produktivitas dan perlindungan pekerja.
9. Kesimpulan
Riset LPEM UI dan data IMF menggarisbawahi realita suram: ekonomi melambat, sektor manufaktur lunglai, dan 7 juta orang kehilangan pekerjaan—menjadikan Indonesia juara kedua pengangguran tertinggi di Asia Tenggara. Peluang kerja makin sulit diakses terutama untuk generasi muda dan lulusan SMK.
Jika tidak ada langkah nyata seperti hentikan deindustrialisasi, perkuat reskilling, dan dorong sinergi antara pendidikan dan industri, maka moratorium kemiskinan dan stagnasi ekonomi bisa menjadi kenyataan.
Daun News percaya bahwa melalui informasi yang akurat dan solusi konkret, kita dapat bersama-sama mendukung Indonesia bangkit dari krisis ketenagakerjaan dan memperkuat pilar ekonomi nasional.
Powered by Daun News
Ditulis oleh Tim Redaksi
© 2025 DaunNews - Menyajikan Fakta, Bukan Sekadar Berita
Kunjungi juga: Daungroup Indonesia
0 Komentar